Cerpen "KeluargaKu"
KELUARGA KU
“cerita ini
hanya fiktif belaka, apabila ada kesamaan nama tokoh, watak, latar, itu hanya
ketidaksengaajan”
Disebuah gang sempit, tinggallah aku dan kedua
orangtuaku juga 2 saudaraku yang masih duduk dibangku sekolah dasar dan kelompok
bermain atau biasa disebut playgroup.
Sebagai anak pertama yang sedang menduduki bangku sekolah menengah pertama,
tepatnya kelas IX, yang sudah waktunya berjuang untuk mencapai target
selanjutnya yaitu sekolah menengah atas.
Hari – hariku hampir sama seperti anak seumuranku.
Bersekolah, pergi ke bimbingan belajar, atau kegiatan lainnya yang sangat
padat. Bagiku anak zaman sekarang seperti orang penting, yang penuh dengan
jadwal – jadwal pekerjaan. Tetapi bagaimanapun juga belajar merupakan tugas
utama seorang siswa, wajib untuk kita jalani, dan ditaati.
Kegiatan keaagamaanpun selalu kuikuti, Alhamdulillah
telah bergabung menjadi remaja masjid, jika banyak waktu luang aku bisa
membantu mengajar anak – anak mengaji, membantu guru, ikut melaksanakan
kegiatan sosial. Tetapi semangat anak untuk mengaji sekarang lambat laun
berkurang, banyak masjid yang kekurangan murid, bahkan tidak ada sama sekali.
Belajarpun aku jarang, mungkin jika sedang mengerjakan
tugas, membaca bukupun hanya di sekolah saja. Terkadang aku selalu mencari
inspirasi, dan teman yang bisa mendongkrak semangat belajar. Mencari teman
seperti itu adalah hal mudah, yang paling penting kerjasama antar teman,
berbagi ilmu pengetahuan, dan jangan pernah merendahkan orang itu merupakan
kuncinya.
Berbeda dengan adikku yang pertama, ia selalu malas
jika disuruh untuk belajar, selalu menonton pertandingan sepakbola ditelevisi itulah
pekerjaannya, bahkan dia selalu hafal waktu penayangan pertandingan sepak bola.
Tiap hari ia selalu pergi bermain bersama temannya. Untungnya adikku yang kedua
rajin belajar, walau masih berumur tiga tahun, ia memiliki semangat dan kemauan
yang tinggi. Bahkan adikku sudah mampu menghafal huruf, angka, juga bahasa
inggris sebuah hewan, warna, maupun benda. Ada hal unik yang terjadi dalam adik
keduaku. Ia jarang memperhatikan pelajaran dikelas, tetapi jika di rumah ia
mampu mengulang pelajaran yang di terangkan oleh gurunya. Jika kami sedang
berkumpul bertiga, pasti selalu ada hal yang membuat kami bertiga saling
bertengkar, bahkan menangis, dan pada akhirnya akupun yang di marahi oleh
orangtuaku. Untuk meyiasati hal tersebut, jika adik pertama dan kedua
berkumpul, aku tidak boleh bergabung bersama mereka, dan sebaliknya jika aku
bersama adik kedua, adik kesatu tidak boleh bergabung bersama kami. Menjadi
anak pertama itu ternyata juga harus bisa mendidik adik – adiknya.
Ayahku tercinta, seorang pekerja keras yang rela
banting tulang demi keluargaku. Tiap subuh beliau bangun untuk memulai
aktivitasnya. Begitupula ibuku, yang selalu setia, tulus, ikhlas membantu dan bekerjasama
dengan ayahku untuk menyelesaikan pekerjaan. Mereka berdua termasuk orang tua
yang sangat bertanggung jawab bagi anak – anaknya.
Beliau juga memiliki keinginan supaya anak –anaknya
bahagia dunia dan akhirat. Oleh karena itu, beliau sering mengingatkanku akan
waktu beribadah dengan tepat ,belajar, dan hal yang sekiranya penting dan berguna
bagiku serta adik - adikku . Terkadang perasaaan jengkel pada orangtua datang
dibenakku, jengkel akan tiba apabila kedua orangtuaku selalu membandingkanku
dengan temanku, misalnya”kamu itu jadi
anak itu harus bisa menuruti kata – kata dari orang tua, seperti anak itu,
kalau tidak kamu mau jadi apa?”. Kusadari perbuatan ini memang salah, aku
percaya bahwa semua orang tua pasti menginginkan yang terbaik untuk anak –
anaknya.
Terkadang aku merasa terharu mendengar kalimat dari
ayahku yang berbunyi seperti, “aku rela
kerja banting tulang sampai remuk tulangku aku rela, yang penting anak istriku
bisa makan, mempunyai rumah, mempunyai mobil”
Untuk menghilangkan kejenuhan akan tugas, pekerjaan,
dan sekolah, kami sekeluarga selalu meluangkan waktu untuk pergi jalan – jalan
sekedar mencari hiburan. Aku tidak pernah mensia - siakan kesempatan ini.
Berpergian merupakan hal favoritku, apalagi jikalau pergi berbelanja bersama
ibuku, aku suka itu. Meluangkan waktu bersama keluarga merupakan hal terbaik
bagi keluarga, hal ini dapat juga meningkatkan rasa kasih sayang dan
kebersamaan yang kuat.
Bermain dengan adik – adiku sebelum tidur adalah hal
yang wajib dilakukan, terkadang hingga tengah malam, hal it terus terjadi,
bahkan setiap hari. Biasanya menonton tv, bermain sepak bola. Dan anehnya
adikku yang paling kecil takkpernah tidur sore. Memang jika anak seumuran dia
seharusnya membutuhkan waktu tidur yang lebih lama. Itu juga dapat berpengaruh
pada pertumbuhannya. Alhamdulillah juga semua adik – adikku sehat selalu, walaupun
bertubuh kurus.
Terkadang permasalahan dalam keluargaku muncul,
apabila aku dan adikku sering bertengkar, tidak menuruti nasihat orang tuaku,
hampir semua masalah berwal dari aku. Hal itu sering membuat ayah dan ibuku
berbeda pendapat, jika ibu cenderung menasihati aku, berbeda dengan ayahku, jika
beliau menasihati tidak sesering ibu, tetapi ayahku langsung melakukannya dengan
tindakan. Dalam suatu malam sebelum tidur, aku sering melamun seorang diri.
Kenapa aku selalu bertengkar dengan adikku sendiri. Tidak ada yang mengalah,
itulah faktor utama. Tak jarang aku menitikkan air mata jika mengingat hal itu.
Aku selalu mencari kegiatan, hal baru yang bisa
menyemangati hariku. Karena itulah caraku untuk menghindari kejenuhan apabila
mengalami masalah. Jika aku merasa sedih tidak pernah berkepanjangan, paling
singkat satu jam, dan paling lama mungkin hanya 1-2 hari saja.
Didalam keluargaku, dalam masalah keuangan merupakan
hal yang penting. Karena ayahku hanyalah seorang pedagang warung kopi. Beliau
selalu menyiasati dengan cara menyisihkan sebagian uangnya, dan dikumpulkan
tiap bulan, kemudian disetorkan untuk disimpan bank. Tidak hanya itu saja,
masalah pengeluaranpun harus diatur, biasanya keluargaku wajib berbelanja
kebutuhan sehari – hari. Selain itu kegunaan dan manfaat barangpun harus
diperhatikan. Berlebihan pun juga tidak baik, jadi keluargaku selalu menerapkan
hidup hemat.
Menghargai juga perlu dalam keluarga. Dapat
dilakukan mulai dari hal – hal kecil, semisal, menghargai uang, menghargai
hasil dari orangtua, contohnya apapun yang ada di meja makan kita harus bisa
memakannya, itu merupakan hasil kerja keras dari seorang ibu. Dengan cara itu
ibu kita akan merasa senang dan bahagia.
Kuakui aku pernah melakukan hal serupa seperti yang
kutulis diatas, misalnya jika ibuku memasak makanan favoritku nasi di meja
pasti habis olehku, sebaliknya apabila aku tidak suka dengan makanan itu, atau
aku sedang tidak ada dirumah, nasi tak akan habis, terkadang ibuku juga
mengeluh karena aku yang tidak mau makan.
Intinya dalam keluarga harus memiliki rasa
toleransi, saling menyayangi, saling melindungi dan, kebersamaan dalam keluarga
pun harus selalu dilakukan. apalagi jika satu keluarga kompak, saling
mendukung, akan tercipta suasana keluarga yang sangat harmonis. Walaupun begitu
perkembangan anak juga dapat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan sekitar, atau
terdekat. Peran keluarga sangat dibutuhkan.
“karya asli dari
Muhammad Luqman Romadlon”
“IX-C / 24”
“SMPN 12 SURABAYA”
Komentar
Posting Komentar